Imajinasi..
It’s a long journey to get my imagination back. Imajinasi, bukan hal asing dalam hidup saya. Imajinasi adalah tempat dimana saya bisa bersembunyi, bisa tertawa, bisa merasakan kesenangan dan bermain dengan ide-ide tanpa batas. Masa lalu saya bukanlah sesuatu yang sangat menyenangkan untuk dikenang, terlalu banyak hal yang “membentur” jiwa saya mungkin lebih tepatnya pembentukan mindset atau karakter. Terlalu banyak hal dari masa lalu saya yang tidak saya ingat dan sengaja tidak ingin di ingat. Bukan hal mudah untuk berusaha menutup mata dari semua ingatan masa lalu. Butuh perjuangan yang sangat besar untuk melewatinya terutama perjuangan untuk melawan diri sendiri. Semua proses yang saya lakukan untuk menutup ingatan atau kejadian yang tidak ingin di ingat adalah niat terbesar saya untuk lepas dari semua ketakutan yang terus membayangi. Hanya beberapa ingatan indah yang saya tetap simpan tapi seiring waktu saya juga melupakannya.
Kembali ke kata “imajinasi”. Saya selalu mempunyai imajinasi dimanapun dan kapanpun. Bahkan ketika saya berbicara dengan orang, belajar, kuliah, bekerja, bahkan saat mengendarai kendaraan saya tetap berimajinasi. Kadang saya berpikir kenapa saya bisa melakukan aktifitas nyata disaat pikiran saya sibuk dalam imajinasi saya. Namun saya tidak mencari jawaban atas pertanyaan itu. Apa saja imajinasi yang selalu datang dalam pikiran saya? Banyak hal bisa muncul dalam imajinasi saya tergantung situasi dan tekanan apa yang sedang saya rasakan. Ketika saya sedang merasa tertekan saya akan berimajinasi bahwa saya adalah orang kuat yang akan menunjukan bahwa saya bisa menyelesaikan semuanya dan orang yang tidak menganggap saya akan menyesal bahwa mereka telah menilai sebelah mata terhadap diri saya.
Overconfident? Arrogant? I dont think so. Itu hanya dunia lain saya ketika realita saya kecewa karena saya tidak mampu mendorong diri saya dalam dunia nyata. Pemikiran dan karakter yang kompleks membuat saya selalu tergesa-gesa untuk melakukan atau bereaksi terhadap suatu hal dalam dunia nyata. Hal lain contoh dari imajinasi saya adalah memiliki banyak saudara laki-laki yang selalu melindungi saya, terkadang imajinasi itu muncul sampai sekarang. Saya paham alasan imajinasi itu muncul karena masa lalu dan pembentukan karakter saya di masa lalu sehingga saya menjadi orang yang terlibat kuat dan bisa diandalkan namun di dalam diri saya hanya ada harapan bahwa seharusnya saya lah yang mengandalkan orang lain.
Otak saya selalu berpikir cepat, kadang ide akan muncul secara tiba-tiba dan dua atau tiga langkah lebih depan. Orang yang berkomunikasi dengan saya akan bingung dengan apa yang saya bicarakan, namun jika ada orang yang sudah paham, dia akan tahu bahwa saya tidak bisa mengontrol ide saya dan akan coba untuk memahami maksud dari apa yang saya utarakan. Bahkan ketika saya tidur, banyak sekali ide yang muncul dan menyebabkan kesulitan untuk tidur. Imajinasi ini merupakan sahabat saya dari kecil, semua ide, pemikiran dan bahkan cara saya bekerja atau bisnis pun semua dari otak saya yang kadang tidak terkontrol. Kadang saya kesal karena orang tidak langsung paham dengan apa yang saya katakan karena cara berbicara yang terlalu cepat yang disebabkan oleh cara berpikir yang cepat . Perlahan saya mulai belajar bahwa saya harus mengendalikan hal itu karena bukan kesalahan mereka melainkan memang karakter saya yang seperti ini.
Apakah otak saya terus bekerja seperti itu? Apakah ide dan imajinasi terus muncul? Tidak selamanya seperti itu. Fase semangat, bergejolak, bergairah itu hanya akan bertahan beberapa periode, akan ada saatnya saya diam dan tidak ingin melakukan sesuatu bahkan untuk berpikir aja malas. Kadang saya tidak tau tujuan saya apa. Ya itu lah fase down saya. Hmm mungkin jika orang yang membaca ini akan mengambil kesimpulan bahwa saya labil atau tidak konsisten, namun jika orang yang paham dan aware pasti akan muncul pemikiran bahwa saya mempunyai disorder. Yups Im Bipolar Disorder Fighter. What? Disorder? Bipolar? Kaya artis yang waktu itu tiba-tiba upload video “gila”? Apakah saya malu? There is nothing to be ashamed. Saya mengendalikan diri saya agar hal itu tidak menganggu aktifitas saya. Saya berjuang tanpa obat, saya hanya berjuang dalam diri saya. Bipolar bukan penyakit tapi gangguan. Untuk bahasan bipolar ini saya akan tulis di artikel selanjutnya, ya untuk membantu menyebarkan awareness untuk mental health.
Kembali ke topik imajinasi, apakah sekarang imajinasi saya masih ada? Jawabannya adalah imajinasi itu tetap ada tapi untuk imajinasi “gila” dalam mengejar mimpi sudah tidak ada. Saya menutup itu semua karena saya pikir penyebab “bipolar” yang kadang tidak terkendali adalah sikap saya membiarkan pemikiran untuk mengendalikan diri saya. Hasilnya saya lebih terkontrol dan lebih terbuka dengan dunia nyata, lebih mengutamakan logika. Tapi sekarang saya merasa ada yang hilang. Saya merasa tidak lagi ada semangat menggebu dalam menggapai mimpi-mimpi yang di luar batas, tidak ada lagi ide dan keyakinan bahwa saya bisa melakukan itu. Saya hanya diam atau mengikuti arus dari realitas. Saya mulai hilang arah karena tidak ada mimpi yang saya kejar. Haruskah saya mengembalikan otak untuk berimajinasi? Saya akan melakukannya secara perlahan dengan kontrol atas diri saya secara logika.
Jadi apakah imajinasi itu buruk? Atau baik?
“Gunakanlah imajinasi untuk meraih mimpi dengan hal positif dan jangan biarkan imajinasi membawa ke hal yang tidak terkendali”
Saya akan mencoba terus menulis, untuk menggambarkan bagaimana imajinasi saya selama ini.
One thought on “Imajinasi, baik atau buruk ? (Imagination, good or bad?)”